Yudi Efrinaldi dan “Es Gak Beres”: Kreasi yang Tak Pernah Setengah-setengah
Dunia kuliner selalu
menarik perhatian bagi para wirausahawan baik pemula maupun professional. Ini
disebabkan Indonesia memiliki kekayaan kuliner yang luar biasa. Namun di sisi
lain, dunia kuliner juga penuh persaingan. Dibutuhkan sebuah inovasi untuk
menarik perhatian konsumen. Adalah Yudi Efrinaldi, seorang mantan pegawai
honorer, menemukan panggilannya di dunia kuliner setelah menghadapi berbagai
tantangan hidup. Kegagalan demi kegagalan usaha tak menggoyahkan harapannya.
Dengan tekad dan kreativitas, ia memilih mencoba bisnis minuman es, meski tak
memiliki pengalaman formal. Bermodalkan kemauan keras, Yudi belajar secara
otodidak dari video-video di YouTube. Ia bereksperimen mencampurkan bahan-bahan
sederhana seperti susu, sirup, dan serbuk minuman. Kreasi yang tak pernah
setengah-setengah menghasilkan racikan yang menyegarkan dan berbeda dari
minuman es lain.
Nama “Es Gak Beres” lahir
dari lelucon seorang teman Yudi yang bercanda bahwa es buatannya "gak
beres" karena selalu habis dan mengundang antrean panjang. Bukan
tersinggung, Yudi justru melihat potensi besar di balik nama itu dan
menjadikannya identitas unik bagi produknya. Nama yang tak lazim ini
menimbulkan rasa penasaran dan menarik pelanggan, terutama anak-anak muda.
Kini, "Es Gak Beres" tumbuh menjadi merek yang memiliki ratusan
cabang di berbagai kota. Ia membuktikan bahwa kreativitas dan keberanian untuk
tampil beda telah mengantarkannya pada kesuksesan. Hingga ia didapuk sebagai penerima
apresiasi SATU Indonesia Awards 2021 untuk Bidang Kewirausahaan.
Inspirasi Awal “Es Gak Beres”
Mimpi besar selalu
berawal dari tekad dan langkah sederhana tapi konsisten. Kisah Yudi Efrinaldi untuk
mengubah nasib sebagai mantan pegawai honorer yang lelah hidup dalam
ketidakpastian ekonomi telah membuktikannya. Yudi sempat mencoba beberapa
usaha, namun sayangnya tak ada yang bertahan lama. Alih-alih menyerah, Yudi
merasa terpacu untuk mencoba lagi. Berawal dari video kuliner di YouTube yang
memamerkan aneka minuman segar, ia tergerak untuk menjajal usaha minuman es.
Tanpa latar belakang di
dunia kuliner, Yudi mulai bereksperimen dengan bahan-bahan seadanya: susu,
sirup, dan serbuk minuman. Jamur Twini membayangkan, Yudi seperti Kolonel Sanders
yang bereksperimen sebanyak 1000 kali sebelum menemukan resep ayamnya. Tentu
bukan waktu sejam atau dua jam yang dibutuhkan Yudi untuk menciptakan kreasi minuman
es ini. Apalagi minuman es merupakan minuman yang umum di Indonesia. Hasilnya?
Rasa unik yang tak terduga. Sederhana, tapi penuh karakter, kreasi ini akhirnya
menjadi cikal bakal dari apa yang kini dikenal sebagai “Es Gak Beres.”
Nama “Es Gak Beres”
mungkin terdengar sedikit aneh atau bahkan “kurang serius.” Namun justru di
situlah letak daya tariknya. Ceritanya bermula ketika seorang teman bercanda,
“Es lo kok gak beres-beres, sih? Selalu habis, nih!” Mendengar komentar ini,
Yudi tidak tersinggung, malah tersenyum. Ia sadar, nama itu justru punya daya
tarik yang bisa memancing rasa penasaran. Sederet pelanggan yang penasaran
segera tertarik mencoba, khususnya anak muda yang gemar hal-hal baru. Dengan
nama itu, Yudi berhasil menciptakan brand yang segar, unik, dan langsung
diingat. Sudut pandang Yudi yang selalu positif atau melihat yang benar dari
sebuah peristiwa membuka pintu semesta terhadap banyak kemungkinan.
Perjuangan Yudi Efrinaldi dalam Membangun “Es Gak
Beres”
Kesuksesan tidak pernah
terjadi dalam satu malam. Tercipta dari mental yang ditempa dari berbagai
kegagalan dan rintangan. Makanya banyak para wirausahawan bilang, kerjakan apa
yang kita cintai. Sebab kita tidak akan mudah menyerah.
Kecintaan Yudi pada dunia
kuliner sebenarnya tumbuh sejak ia kecil. Dari lingkungannya yang sederhana,
Yudi sering membantu ibunya di dapur, menikmati aroma rempah, dan menyaksikan
seni meracik bahan menjadi hidangan. Bagi Yudi, dapur adalah tempat ia belajar
tentang rasa, kesabaran, dan kreativitas. Kenangan ini memberinya keberanian
untuk terus mencoba ide-ide baru. Ini pula yang kemudian mendorong Yudi untuk
menciptakan kombinasi rasa unik pada “Es Gak Beres,” memberikan pengalaman
segar di setiap tegukan.
Tidak ada kesuksesan
tanpa rintangan. Dengan modal pas-pasan, Yudi memulai usaha dengan alat
seadanya. Kondisi tersebut tidak mematahkan semangatnya, justru menjadi alasan
untuk lebih kreatif. Percayalah bahwa keterbatasan mengantarkan pada kreativitas
yang maksimal. Tantangan pertama membuat racikan telah terlampaui oleh Yudi. Ia
percaya bahwa minumannya memberi sensasi dan pengalaman unik bagi penikmatnya.
Ya, sebagai wirausahawan kita harus percaya pada produk kita, kan?
Tantangan kedua tentu
saja adalah menarik pelanggan. Untuk itu, ia kerap membagikan es secara
cuma-cuma di awal, berharap orang tertarik dan kembali lagi. Dukungan teman dan
keluarga ikut memberi semangat, dan sedikit demi sedikit, “Es Gak Beres” mulai
memiliki penggemar yang setia.
Di tengah banyaknya
minuman kekinian, Yudi menyadari pentingnya mempertahankan keunikan “Es Gak
Beres.” Ia terus berinovasi, menghadirkan berbagai rasa unik yang jarang
ditemukan di pasaran. Ditambah lagi, wadahnya yang berwarna-warni serta
tampilan yang menarik membuat minuman ini tampak Instagrammable, sesuai
tren anak muda. Baginya, kualitas adalah segalanya, sehingga Yudi selalu
memastikan setiap minuman yang keluar dari kedainya punya rasa yang konsisten
dan nikmat.
Kunci lain kesuksesan “Es
Gak Beres” adalah hubungannya yang erat dengan pelanggan. Bagi Yudi, setiap
interaksi dengan pelanggan adalah kesempatan untuk belajar dan tumbuh. Banyak
pelanggan datang hanya untuk sekadar berbincang atau memberi masukan, yang ia
anggap sebagai motivasi berharga. Dari sinilah Yudi merasakan bahwa pelanggan
bukan hanya orang yang membeli, tapi juga menjadi bagian dari perjalanan dan
kisah hidupnya.
Banyak yang sempat
meragukan masa depan usahanya, apalagi dengan nama yang terkesan “nggak
serius.” Namun, bagi Yudi, tantangan adalah bagian dari perjalanan menuju
kesuksesan. Di saat kondisi ekonomi kurang bersahabat atau tren pasar terus
berubah, ia berusaha mencari cara untuk bertahan. Dukungan keluarga dan
teman-teman dekatnya memberikan kekuatan, mengingatkan Yudi bahwa perjalanan
ini bukan sekadar bisnis, tapi juga memberi manfaat pada orang lain.
Nilai Hidup dari “Es Gak Beres”
Kisah “Es Gak Beres”
mengajarkan banyak hal tentang hidup: kegigihan, kreativitas, dan keberanian
untuk mencoba sesuatu yang berbeda. Yudi membuktikan bahwa kreasi yang tak
setengah-setengah bisa menjadi sumber inspirasi besar jika diiringi dengan
ketekunan. Baginya, “Es Gak Beres” adalah simbol ketidaksempurnaan yang justru
memiliki nilai, bahwa kesuksesan bukan hanya tentang pencapaian, tetapi juga
proses yang tidak selalu mulus. Ia ingin anak-anak muda belajar dari kisahnya,
untuk tidak takut memulai, meski harus dari bawah.
Banyak orang takut
memulai bisnis. Harus punya modal uang besarlah, mesti memiliki alat yang
mumpunilah, wajib membentuk tim yang solidlah, dan sebagainya. Melalui “Es Gak
Beres,” Yudi ingin menginspirasi lebih banyak orang agar tak ragu memulai
sesuatu dari nol. Bagi Yudi, kisah ini adalah bukti bahwa usaha kecil bisa
tumbuh besar dan memberi dampak luas. Di masa depan, ia berharap “Es Gak Beres”
akan terus berkembang dan menjadi simbol semangat dan kreativitas.
#LFAAPADETIK2024
#BersamaBerkaryaBerkelanjutan #KitaSATUIndonesia
Sumber foto:
https://www.radioidola.com/
https://www.instagram.com/esgakberes/
0 komentar :
Posting Komentar